Proposal PTK

A.     Judul Skripsi
Model Synectics dalam Pembelajaran Menulis Puisi di Kelas V Sekolah Dasar
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Situsirna, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)
B.     Latar Belakang Masalah
             Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, karena fungsi utama suatu bahasa yakni sebagai alat komunikasi. Ada dua cara berkomunikasi yang dapat dipilih yaitu komunikasi secara lisan dan komunikasi secara tulisan.
             Untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka dalam proses pembelajarannya siswa diarahkan untuk bisa menguasai empat keterampilan dalam berbahasa yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Keempat keterampilan ini tidak dapat dipisah-pisahkan karena keempat-empatnya merupakan catur tunggal yang saling berkaitan dan saling mengisi. Sesuai dengan pendapat Tarigan (1990:2) bahwa “Setiap keterampilan berbahasa itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara beranekaragam. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal”.
             Kegiatan pengajaran menulis memiliki tujuan yang bermacam-macam. Salah satu pendapat menyatakan, “Tujuan pengajaran menulis adalah siswa mampu menyusun buah pikiran, perasaan, dan pengalaman kedalam susunan atau komposisi yang baik” (Sami, 1993:100). Dengan demikian menulis merupakan kegiatan berekpresi.
             “Pembelajaran menulis pada umumnya dapat dikatakan berhasil apabila siswanya telah berekspresi tulis” (Rusyana, 1998: 1). Khususnya dalam pembelajaran menulis puisi, seorang anak akan dikatakan berhasil apabila siswa dapat mengekspresikan pikiran, ide, isi hati, khayalan, keinginan, ataupun pengalamannya itu dalam tulisan yang secara khusus mengandung kepuitisan. “Kepuitisan adalah keadaan atau suasana tertentu yang terdapat dan sengaja dicuatkan dalam karya sastra, terutama sajak” (Hasanudin, 2002:10)
              Jean Jacques Rousseau (Sagala, 2005: 40) mengemukakan bahwa:
“Anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut”.
             Mengacu pada psikologi anak tersebut, alangkah lebih baik jika seorang guru dalam pembelajarannya, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi agar dapat menggunakan sebuah model pembelajaran yang bisa mengembangkan potensi kreatifitas anak. Salah satu model yang dapat dipilih oleh seorang guru dalam pembelajaran tersebut adalah model synectic.
             Berdasarkan kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V semester II, kompetensi menulis yang harus dikuasai adalah:
1.       Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas.
2.       Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
             Dari hasil observasi dan pengalaman peneliti di lapangan, diperoleh gambaran bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar belum menunjukan hasil yang memuaskan, terbukti dengan adanya beberapa siswa yang belum bisa menulis puisi. Hasil tulisan siswa dalam menulis puisi belum menunjukan kepuitisan dengan kata lain belum adanya keterampilan siswa dalam memilih kata-kata yang indah (diksi) di dalam penulisan puisi tersebut, mereka menulis puisi seperti menulis dalam bentuk prosa atau seperti menulis deskripsi yang di puisikan.
             Agar hasil menulis puisi di kelas V SD lebih meningkat, maka guru sebagai penentu keberhasilan hendaknya bisa memberikan latihan menulis puisi secara lebih intensif melalui sebuah pembelajaran dengan menggunakan model synectic. Dengan menggunakan model tersebut, diyakini oleh peneliti bahwa apa yang dipelajari siswa dapat dikuasi dengan baik sehingga memiliki kecakapan, pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang mereka pelajari.
             Berdasarkan hasil temuan dilapangan, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V SD dengan menggunakan model synectic . Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneliti mengambil judul “Model Synectic dalam Pembelajaran Menulis Puisi di Kelas Lima Sekolah Dasar”



C.     Rumusan Masalah
             Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara umum perumusan masalahnya adalah “Bagaimana proses belajar menulis puisi siswa kelas V dengan menggunakan model synectic?”
             Dari perumusan masalah tersebut, selanjutnya diuraikan lebih rinci kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.       Bagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis puisi menggunakan model synectic?
2.       Bagaimana aktivitas siswa kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran menulis puisi menggunakan model synectic ?
3.       Bagaimana hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar dengan menggunakan model synectic?
D.     Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.       Tujuan Penelitian
               Penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SD dengan menggunakan model synectic.
     Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
a.       Mengetahui langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model synectic
b.       Mengetahui aktivitas siswa kelas V SD dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model synectic
c.       Memperoleh gambaran hasil menulis puisi siswa kelas V SD dengan menggunakan model synectic.
2.       Manfaat Penelitian
                Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait dengan pendidikan terutama guru dan siswa.
a.       Manfaat bagi guru diantaranya :
1)      Mengembangkan kompetensi guru dalam merancang dan menyusun rencana pembelajaran dengan model synectic.
2)      Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah / di kelas.
3)      Menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan karekteristik siswa SD.
b.      Manfaat bagi siswa diantaranya adalah :
1)      Meningkatkan aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran.
2)      Menanamkan sikap kritis, kreatif, tekun, dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
3)      Meningkatkan kualitas hasil belajar menulis puisi siswa kelas V.

E.     Kerangka Teoritis dan Hipotesa Tindakan
1.       Kerangka Teoritis
a.   Hakekat Menulis
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi menulis, namun tidak semua orang dapat menyampaikan pesan melalui tulisan. Siswa di SD memiliki potensi yang sama untuk menulis, namun tidak setiap siswa memiliki keterampilan menulis yang sama. Oleh karena itu guru hendaknya dapat meningkatkan keterampilan menulis para siswanya dengan memberikan latihan menulis secara intensif.
Menulis merupakan kegiatan produktif yang dilakukan secara continue. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat komplek bagi seorang anak. Menulis akan beranalogi dengan proses berpikir, pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi yang harus menyertainya.
             Pengertian menulis yang dikemukakan oleh Tarigan (1983: 21) bahwa:
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambar suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Pengertian menulis juga dikemukakan oleh Resmini, dkk. (2006: 227)  bahwa:
“Mengacu pada pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai (1) suatu keterampilan, (2) proses berpikir (kegiatan bernalar), (3) kegiatan transformasi, (4) kegiatan berkomunikasi, dan (5) sebuah proses”.

             Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan tulisan. Dapat juga dikatakan bahwa “Menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”. (Suriahiharja, 1985: 2)
             Kesimpulan yang dapat diambil dari teori-teori tersebut yaitu bahwa menulis adalah kegiatan yang komplek yang melibatkan semua keterampilan, baik keterampilan berpikir, keterampilan menyampaikan pesan, berimajinasi mengungkapkan ide-ide, maupun berkomunikasi melalui sebuah proses yang dituangkan dalam bentuk lambang-lambang bahasa berupa grafik-grafik yang dapat dimengerti oleh pembacannya.
b.      Kegunaan Menulis
             Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Sabarti, Akhadiat, dkk (1991:1-2) ada delapan kegunaan menulis, yaitu sebagai berikut:
1.      Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik, untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya.
2.      Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis bernalar menghubung-hubungkan serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.
3.      Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulis secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4.      Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat
5.      Penulis akan dapat meninjau dan menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif
6.      Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan
7.      Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah.
8.      Dengan kegiatan menulis yang terencanakan, membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

c.       Tujuan Pengajaran Menulis
             Menulis itu berhubungan dengan membaca, berbicara dan menyimak. Baik menulis maupun membaca, berbicara dan menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam mengkomunikasikan pesan melalui bahasa.
             Syafi’ie (Resmini, dkk, 2006: 289) menyatakan bahwa:
“Pesan itu berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan, maupun informasi. Sumber pesan adalah diri sendiri, sesuatu yang diindra (dilihat, didengar, diraba, dikecap, dan dicium) atau sesuatu yang ada dilingkungan”.
                Jadi tujuan utama dalam pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengomunikasikan pesan melalui bahasa tulis.
                Secara lebih rinci tujuan menulis di Sekolah  Dasar adalah:
1.       Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan melaksanakan cara membaca dan menulis.
2.       Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi atau suara
3.       Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil menuliskan bunyi / suara yang didengarnya.
4.       Mengenalkan dan melatih siswa agar mampu membaca dan menulis sesuai dengan teknik-teknik tertentu.
5.       Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca atau ditulis dan mengingat artinya dengan baik
6.       Melatih keterampilan siswa untuk dapat menetapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam konteks kalimat.
7.       Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami, menuliskan, menggunakan dan menikmati keindahan cerita bahasa Indonesia yang sederhana.
8.       Mengungkapka ide / pesan sederhana secara lisan atau tertulis



d.      Ruang Lingkup Pengajaran Menulis di SD
             Pembelajaran menulis di sekolah dasar dilaksanakan dengan berlandas tumpu pada kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia. Artinya pembelajaran tersebut harus sejalan dengan tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu: berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami dan menggunakan bahasa Indonesia tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan sosial emosional, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
             Secara garis besar pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar dibagi menjadi dua, yakni pengajaran membaca dan menulis permulaan serta pengajaran membaca dan menulis lanjutan (pemahaman). Pengajaran membaca dan menulis permulaan diberikan di kelas I dan II, sedangkan pengajaran membaca dan menulis lanjutan diberikan di kelas III, IV, V dan VI.
e.       Menulis Puisi
             Supaya dapat menulis dengan baik, kita perlu menguasai langkah-langkah menulis puisi.
a)   Menentukan Topik
Penentuan topik dalam menulis puisi bebas boleh mengenai hal apa saja. Kita bisa mengungkapkan perasaan, keinginan, pengalaman, imajinatif, ataupun apa-apa bisa. Namun jika hal ini dianggap sukar kita dapat memanfaatkan benda-benda atau lingkungan sekitar kita sebagi model dalam membuat puisi.
b)      Menyimpulkan data
Data-data yang dimaksud adalah segala sesuatu hal yang akan kita tuliskan dalam puisi. Jika kita akan menulis puisi tentang benda-benda atau lingkungan sekitar kita maka data-data dapat diperoleh dengan melihat, meraba, mengecap, mendengar, mambaui, ataupun merasakan benda-benda atau lingkungan tersebut. Kita juga dapat menuliskan segi kegunaan benda atau lingkungan itu beserta harapan kita untuk waktu selanjutnya
c)       Melukiskan, Menyempurnakan, dan Mengedit Tulisan
Pada tahap ini data-data yang telah terkumpul kemudian dikembangkan dalam bentuk puisi. Kata-kata yang dituangkan pada baris adalah kata-kata yang dipilih kemudian disusun dan disesuaikan. Hal ini dilakukan agar puisi menjadi indah, sambil menyusun baris, bait juga disusun. Bentuk bait disesuaikan dengan selera. Penyusunan bait biasanya memperhatikan bunyi-bunyi bahasa pada setiap akhir baris. Jika dirasa ada kata-kata atau baris yang kurang sesuai, dilakukanlah penyempurnaan dan pengeditan terhadap tulisan.

f.        Model Synectic dalam Pembelajaran Menulis Puisi di SD
             Strategi belajar mengajar yang menggunakan model synectic merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, yang dirancang oleh William J.J. Gordon dan kawan-kawannya.
             Menurut William J.J Gordon (Hastuti, 1996: 155) terdapat 4 pandangan yang mendasari synectic, diantaranya adalah:
1.       Kreativitas seseorang merupakan kegiatan sehari-hari bukan kegiatan yang luar biasa seperti seni, musik dan penemuan baru. Kreativitas berlangsung pemecahan masalah, ekspresi-kreatif, empati, insight dalam hubungan sosial.
2.       Proses kreativitas bukan suatu yang dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dimanfaatkan dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang
3.       Kreativitas tercipta disegala bidang dan menunjukan adanya hubungan yang erat dengan saint dan seni
4.       Peningkatan berpikir kreatif individu dan kelompok sama melalui ide-ide dan produk di berbagai hal.

             Menurut Sri Hasatuti (1996: 155) pemprosesan spesifik dalam synectic dikembangkan dari anggapan dasar tentang psikologi kreativitas, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.       Memunculkan proses kreatif menuju kesadaan dan mengembangkan secara nyata kapasitas kreatif terhadap individu dan kelompok
2.       Kreativitas merupakan pola pengembangan mental yang baru. Komponen emosional lebih penting disamping kemampuan intelektual. Banyak pemecahan masalah yang bersifat rasional dan itelektual; jika dibantu dengan yang irrasional dan emosional akan membangkitkan ide-ide segar.
3.       Elemen-elemen emosional dan irrasional harus dipahami guna meningkatkan kesuksesan.

             Strategi synectic mempergunakan aktivitas metaporik yang terencana, memberikan struktur langsung dimana individu bebas mengembangkan imajinasi dan pemahaman mereka ke dalam aktivitas sehari-hari. Ada tiga tipe analogi yang dipergunakan sebagai dasar latihan synectic yaitu: (1) analogi personal, (2) analogi langsung, dan (3) menekankan pertentangan.
1)      Analogi personal menuntut siswa empati terhadap ide atau objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian dari elemen fisik suatu problem. Identifikasinya mungkin terhadap individu, perencanaan, bintang, atau benda-benda mati. Misalnya siswa diintruksikan: “Jadilah sebuah bunga melati apa yang kamu rasakan. Jabarkan bagaimana wangimu, bagaimana rupamu”.
2)      Analogi langsung adalah membedakan dua objek atau konsep secara sederhana. Fungsinya adalah menyederhanakan pengubahan kondisi-kondisi suatu kenyataan atau problema menjadi situasi yang lain untuk memperoleh suatu pandangan baru tentang ide atau problema. Identifikasinya bisa menyangkut orang, rencana, atau benda-benda mati.
3)      Memberi tekanan kepada pertentangan, umumnya berbentuk dua buah kata yang bertentangan. Misalnya: lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya. Contoh yang dikemukakan Gordon adalah: selamat-bahaya. Pertentangan-pertenangan tersebut menurut Gordon memberikan pemahaman yang lusa terhadap suaut obyek yang baru. Hal tersebut dapat merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan dua kerangka berpikir itu terhadap suatu obyek. Besarnya jarak antara dua kerangka berpikir itu dapat meningkatkan fleksibilitas mental.


             Ada dua strategi atau model mengajar yang mendasari prosedur synectic yaitu:
             Strategi Pertama: Menciptakan sesuatu yang baru.
Strategi ini dirancang untuk mengenal keanehan, akan membantu para siswa memahami masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas kreatif.
             Strategi Kedua: Memperkenalkan keanehan
Strategi ini dirancang untuk membuta sesuatu yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti, kita melaksanakannya dengan analogi yang telah dikenal siswa.
             Meskipun kedua startegi ini sama-sama mengikuti ketiga tipe analogi, tetapi obyek, tahapan, dan prinsip reaksinya berbeda.
             Strategi pertama membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui sesuatu yang tidak dikenal dengan mempergunakan analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak.
TAHAPAN STRATEGI PERTAMA: Menciptakan sesuatu yang baru
TAHAP PERTAMA:
MENDESKRIPSIKAN KONDISI SAAT KINI
TAHAP KE-DUA:
ANALOGI LANGSUNG
Guru menyuruh siswa untuk mendeskripsikan situasi suatu topik yang mereka lihat saat kini
Siswa mengemukakan analogi langsung salah satu diseleksi, dan selanjutnya dikembangkan. 
TAHAP KE-TIGA:
ANALOGI PERSONAL
TAHAP KE-EMPAT:
KONFLIK DITEKANKAN
Para siswa “menjadi” analogi yang dipilihnya pada fase ke dua (analogi personal).
Berdasarkan fase kedua dan ketiga, para siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah satu.
TAHAP KE-LIMA:
ANALOGI LANGSUNG
TAHAP KE-ENAM:
MENINJAU TUGAS YANG SEBENARNYA
Para siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi
Guru menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan menggunakan analogi pemecahan yang terakhir sehingga masuk sebagai pengalaman synectic

           Strategi kedua, memperkenalkan keanehan, memberikan pemahaman para siswa untuk menambah dan memperdalam hal-hal baru atau materi yang sulit. Metapora dipergunakan untuk keperluan penganalisaan, bukan untuk menciptakan konsep jarak seprti halnya pada siswa strategi pertama.
TAHAPAN STRATEGI KEDUA: Memperkenalkan keanehan (dalam produk  
                                                         belajar yang baru)
TAHAP PERTAMA:
INPUT TENTANG KEADAAN SEBENARNYA
TAHAP KE-DUA:
ANALOGI LANGSUNG
Guru menyajikan suatu topik baru
Guru mengajukan analogi langsung dan siswa menjabarkan 
TAHAP KE-TIGA:
ANALOGI PERSONAL
TAHAP KE-EMPAT:
MEMBEDAKAN ANALOG
Guru menyuruh siswa “menjadi” analogi langsung.
Siswa menjelaskan kesamaan, hubungan antar materi dengan analogi langsung.
TAHAP KE-LIMA:
MENJELASKAN PERBEDAAN
TAHAP KE-ENAM:
EKSPLORASI / PENJELAJAHAN
Siswa menjelaskan manakah analogi yang tidak sesuai
Para siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan kemampuan batas mereka.
TAHAP KE-TUJUH
MEMBANGKITKAN ANALOGI
Para pembelajar membuat analogi langsung dan menjelajahi persamaan perbedaan (berulang-ulang, sendiri)

2.       Hipotesis Tindakan
             Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah cara guru mengajar atau menyampaikan materi pelajaran dan usaha guru untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan bermakna sehingga merangsang siswa untuk berpikir kritis dan aktif dalam pembelajarannya.
             Oleh karena itu, berdasarkan kerangka teoritis dan penelitian yang relevan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran menulis puisi menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL), maka belajar menulis puisi siswa akan meningkat”.

F.      Cara Penelitian
1.       Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek
             Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Situsirna, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas V sekolah dasar sebanyak 40 orang, terdiri dari 21 orang anak laki-laki dan 19 orang anak perempuan dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
            Sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah proses pembelajaran menulis puisi kelas V sekolah dasar semester II, tahun ajaran 2008-2009.     
2.       Langkah Penelitian
a. Rencana
Perencanaan yang pertama dilakukan peneliti yaitu meminta ijin kepada Kepala SDN Situsirna dan guru-guru untuk bersedia memberikan dukungan dalam melaksanakan penelitian tersebut. Kemudian peneliti menganalisa kurikulum KTSP untuk mempelajari kompetensi dasar dari mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis di kelas V, kemudian peneliti menetapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
       Setelah menentukan materi, dilanjutkan dengan membuat skenario pembelajaran, membuat lembar observasi, membuat dan menyiapkan alat bantu pembelajaran serta merancang evaluasi.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses / kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang dilakukan pada setiap siklus, melaksanakan skenario pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar, rencana tindakan disusun berdasarkan analisis sebelumnya.
c.       Observasi
     Observasi dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Situsirna, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Kegiatan observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan kondisi kelas V SDN Ibun. Penelitian difokuskan pada pembelajaran di kelas V. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan media berupa format pengamatan.
d.      Refleksi
      Pada tahap refleksi, peneliti melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan maupun yang telah dilaksanakan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

3.   Rancangan Tindakan
                Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang telah diselidiki.
      Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto, dkk. 1997 : 16) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) obsevasi (observation), dan (4) refleksi (reflection) dalam setiap siklus, dengan berpatokan pada refleksi awal.
4.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar kerja siswa (LKS) dan soal evaluasi secara individu.
5.       Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Tujuan
X =       X
            n
 
Kriteria dan ukuran keberhasilan tujuan penelitan ditentukan berdasarkan hasil evalusi belajar secara individu. Untuk mengetahui nilai rata-rata dengan menggunkan rumus

   = Mean atau nilai rata-rata
= Jumlah skor keseluruhan
N   = banyaknya sampel



G.           Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan Bulan ke
Ket
I
II
III
IV
A.
Persiapan





1.
Penyusunan proposal
x




2.
Seminar Usulan Penelitan
x




3.
Pengurusan izin
x




4.
Diskusi / wawancara / identifikasi masalah
x




5.
Menyusun dan menetapkan teknik pemantauan
x




B.
Pelaksanaan





1.
Siklus I

x




a. Tindakan 1

x




b. Tindakan 2

x



2.
Siklus II

x




a. Tindakan 1

x




b. Tindakan 2

x



3.
Siklus III


x



a. Tindakan 1


x



b. Tindakan 2


x


C.
Pelaporan





1.
Menyusun / diskusi konsep laporan
x
x
x
x

2.
Menyusun / diskusi konsep laporan
x
x
x
x

3.
Penggandaan laporan
x
x
x
x

4.
Penyerahan lapoaran



x




H.      DAFTAR PUSTAKA
          Aqib,Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widia.
          BSNP. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

          Dahlan, M,D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV.Diponegoro

Depdikbud. (1996). Didaktik/ Metodik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hastuti, S. (1997). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Resmini, N., dkk. (2006). Membaca dan menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung. UPI Press.

Resmini, N., dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesai. Bandung: UPI Press.
         
          Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

         







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini