Proposal PTK
A.
Judul Skripsi
Model
Synectics dalam Pembelajaran Menulis Puisi di Kelas V Sekolah Dasar
(Penelitian
Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Situsirna, Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung)
B.
Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya belajar bahasa
adalah belajar berkomunikasi, karena fungsi utama suatu bahasa yakni sebagai
alat komunikasi. Ada dua cara berkomunikasi yang dapat dipilih yaitu komunikasi
secara lisan dan komunikasi secara tulisan.
Untuk memiliki keterampilan berkomunikasi
baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, maka dalam proses pembelajarannya siswa diarahkan untuk bisa
menguasai empat keterampilan dalam berbahasa yaitu menyimak, membaca, berbicara
dan menulis. Keempat keterampilan ini tidak dapat dipisah-pisahkan karena
keempat-empatnya merupakan catur tunggal yang saling berkaitan dan saling
mengisi. Sesuai dengan pendapat Tarigan (1990:2) bahwa “Setiap keterampilan
berbahasa itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan lainnya dengan
cara beranekaragam. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu
kesatuan, merupakan catur tunggal”.
Kegiatan pengajaran menulis
memiliki tujuan yang bermacam-macam. Salah satu pendapat menyatakan, “Tujuan
pengajaran menulis adalah siswa mampu menyusun buah pikiran, perasaan, dan pengalaman
kedalam susunan atau komposisi yang baik” (Sami, 1993:100). Dengan demikian
menulis merupakan kegiatan berekpresi.
“Pembelajaran menulis pada umumnya
dapat dikatakan berhasil apabila siswanya telah berekspresi tulis” (Rusyana,
1998: 1). Khususnya dalam pembelajaran menulis puisi, seorang anak akan
dikatakan berhasil apabila siswa dapat mengekspresikan pikiran, ide, isi hati,
khayalan, keinginan, ataupun pengalamannya itu dalam tulisan yang secara khusus
mengandung kepuitisan. “Kepuitisan adalah keadaan atau suasana tertentu yang
terdapat dan sengaja dicuatkan dalam karya sastra, terutama sajak” (Hasanudin,
2002:10)
Jean Jacques Rousseau (Sagala, 2005: 40) mengemukakan
bahwa:
“Anak
memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus
diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut”.
Mengacu pada psikologi anak tersebut,
alangkah lebih baik jika seorang guru dalam pembelajarannya, khususnya dalam
pembelajaran menulis puisi agar dapat menggunakan sebuah model pembelajaran
yang bisa mengembangkan potensi kreatifitas anak. Salah satu model yang dapat
dipilih oleh seorang guru dalam pembelajaran tersebut adalah model synectic.
Berdasarkan kurikulum 2006 mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas V semester II, kompetensi menulis yang harus
dikuasai adalah:
1.
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta
secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas.
2.
Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
Dari hasil observasi dan pengalaman
peneliti di lapangan, diperoleh gambaran bahwa keterampilan menulis puisi siswa
kelas V sekolah dasar belum menunjukan hasil yang memuaskan, terbukti dengan
adanya beberapa siswa yang belum bisa menulis puisi. Hasil tulisan siswa dalam
menulis puisi belum menunjukan kepuitisan dengan kata lain belum adanya
keterampilan siswa dalam memilih kata-kata yang indah (diksi) di dalam
penulisan puisi tersebut, mereka menulis puisi seperti menulis dalam bentuk
prosa atau seperti menulis deskripsi yang di puisikan.
Agar hasil menulis puisi di kelas V
SD lebih meningkat, maka guru sebagai penentu keberhasilan hendaknya bisa
memberikan latihan menulis puisi secara lebih intensif melalui sebuah
pembelajaran dengan menggunakan model synectic. Dengan menggunakan model
tersebut, diyakini oleh peneliti bahwa apa yang dipelajari siswa dapat dikuasi
dengan baik sehingga memiliki kecakapan, pengetahuan dan keterampilan yang
lebih tinggi dari apa yang mereka pelajari.
Berdasarkan hasil temuan
dilapangan, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tindakan
kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas
V SD dengan menggunakan model synectic . Oleh karena itu berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneliti mengambil judul “Model
Synectic dalam Pembelajaran Menulis Puisi di Kelas Lima Sekolah Dasar”
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara umum perumusan masalahnya
adalah “Bagaimana proses belajar menulis puisi siswa kelas V dengan menggunakan
model synectic?”
Dari perumusan masalah tersebut,
selanjutnya diuraikan lebih rinci kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
:
1.
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis puisi
menggunakan model synectic?
2.
Bagaimana aktivitas siswa kelas V sekolah dasar dalam
pembelajaran menulis puisi menggunakan model synectic ?
3.
Bagaimana hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas
V sekolah dasar dengan menggunakan model synectic?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum
untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proses
pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SD dengan menggunakan model synectic.
Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah :
a.
Mengetahui langkah-langkah pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan model synectic
b.
Mengetahui aktivitas siswa kelas V SD dalam
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model synectic
c.
Memperoleh gambaran hasil menulis puisi siswa kelas V
SD dengan menggunakan model synectic.
2.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait dengan pendidikan
terutama guru dan siswa.
a.
Manfaat bagi guru diantaranya :
1)
Mengembangkan kompetensi guru dalam merancang dan
menyusun rencana pembelajaran dengan model synectic.
2)
Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan
proses pembelajaran di sekolah / di kelas.
3)
Menambah wawasan guru dalam menyajikan pembelajaran
yang sesuai dengan karekteristik siswa SD.
b.
Manfaat bagi siswa diantaranya adalah :
1)
Meningkatkan aktivitas siswa selama berlangsungnya
pembelajaran.
2)
Menanamkan sikap kritis, kreatif, tekun, dan percaya
diri dalam memecahkan masalah.
3)
Meningkatkan kualitas hasil belajar menulis puisi siswa
kelas V.
E.
Kerangka Teoritis dan Hipotesa Tindakan
1.
Kerangka Teoritis
a.
Hakekat Menulis
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi
menulis, namun tidak semua orang dapat menyampaikan pesan melalui tulisan.
Siswa di SD memiliki potensi yang sama untuk menulis, namun tidak setiap siswa memiliki
keterampilan menulis yang sama. Oleh karena itu guru hendaknya dapat
meningkatkan keterampilan menulis para siswanya dengan memberikan latihan
menulis secara intensif.
Menulis merupakan kegiatan produktif yang
dilakukan secara continue. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat
komplek bagi seorang anak. Menulis akan beranalogi dengan proses berpikir,
pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi yang harus
menyertainya.
Pengertian menulis yang dikemukakan
oleh Tarigan (1983: 21) bahwa:
Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambar suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut.
Pengertian menulis juga dikemukakan oleh Resmini, dkk.
(2006: 227) bahwa:
“Mengacu
pada pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai
(1) suatu keterampilan, (2) proses berpikir (kegiatan bernalar), (3) kegiatan
transformasi, (4) kegiatan berkomunikasi, dan (5) sebuah proses”.
Menulis adalah kegiatan melahirkan
pikiran dan perasaan tulisan. Dapat juga dikatakan bahwa “Menulis adalah
berkomunikasi mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kehendak kepada orang lain
secara tertulis”. (Suriahiharja, 1985: 2)
Kesimpulan yang dapat diambil dari
teori-teori tersebut yaitu bahwa menulis adalah kegiatan yang komplek yang
melibatkan semua keterampilan, baik keterampilan berpikir, keterampilan
menyampaikan pesan, berimajinasi mengungkapkan ide-ide, maupun berkomunikasi
melalui sebuah proses yang dituangkan dalam bentuk lambang-lambang bahasa
berupa grafik-grafik yang dapat dimengerti oleh pembacannya.
b.
Kegunaan Menulis
Banyak keuntungan yang dapat
diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Sabarti, Akhadiat, dkk (1991:1-2) ada
delapan kegunaan menulis, yaitu sebagai berikut:
1.
Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya.
Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang
suatu topik, untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali
pengetahuan dan pengalamannya.
2.
Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai
gagasan. Dengan menulis, penulis bernalar menghubung-hubungkan serta
membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.
3.
Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis
dapat memperluas wawasan penulis secara teoritis mengenai fakta-fakta yang
berhubungan.
4.
Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan
secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat
5.
Penulis akan dapat meninjau dan menilai gagasannya
sendiri secara lebih objektif
6.
Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan
lebih mudah memecahkan permasalahan
7.
Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah.
8.
Dengan kegiatan menulis yang terencanakan, membiasakan
penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
c.
Tujuan Pengajaran Menulis
Menulis itu berhubungan dengan
membaca, berbicara dan menyimak. Baik menulis maupun membaca, berbicara dan
menyimak memiliki fungsi untuk manusia dalam mengkomunikasikan pesan melalui
bahasa.
Syafi’ie (Resmini, dkk, 2006: 289)
menyatakan bahwa:
“Pesan
itu berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan, maupun informasi. Sumber pesan
adalah diri sendiri, sesuatu yang diindra (dilihat, didengar, diraba, dikecap,
dan dicium) atau sesuatu yang ada dilingkungan”.
Jadi tujuan utama dalam
pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengomunikasikan pesan melalui bahasa tulis.
Secara lebih rinci tujuan
menulis di Sekolah Dasar adalah:
1.
Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami
dan melaksanakan cara membaca dan menulis.
2.
Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengenal dan menuliskan huruf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi atau suara
3.
Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil
menuliskan bunyi / suara yang didengarnya.
4.
Mengenalkan dan melatih siswa agar mampu membaca dan
menulis sesuai dengan teknik-teknik tertentu.
5.
Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata
yang dibaca atau ditulis dan mengingat artinya dengan baik
6.
Melatih keterampilan siswa untuk dapat menetapkan arti
tertentu dari sebuah kata dalam konteks kalimat.
7.
Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk
memahami, menuliskan, menggunakan dan menikmati keindahan cerita bahasa
Indonesia yang sederhana.
8.
Mengungkapka ide / pesan sederhana secara lisan atau
tertulis
d.
Ruang Lingkup Pengajaran Menulis di SD
Pembelajaran menulis di sekolah
dasar dilaksanakan dengan berlandas tumpu pada kurikulum mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Artinya pembelajaran tersebut harus sejalan dengan tujuan yang
dirumuskan dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu:
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik
secara lisan maupun tulisan, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami dan menggunakan bahasa
Indonesia tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan sosial emosional,
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Secara garis besar pengajaran
membaca dan menulis di sekolah dasar dibagi menjadi dua, yakni pengajaran
membaca dan menulis permulaan serta pengajaran membaca dan menulis lanjutan
(pemahaman). Pengajaran membaca dan menulis permulaan diberikan di kelas I dan
II, sedangkan pengajaran membaca dan menulis lanjutan diberikan di kelas III,
IV, V dan VI.
e.
Menulis Puisi
Supaya dapat menulis dengan
baik, kita perlu menguasai langkah-langkah menulis puisi.
a)
Menentukan Topik
Penentuan topik dalam menulis puisi bebas boleh
mengenai hal apa saja. Kita bisa mengungkapkan perasaan, keinginan, pengalaman,
imajinatif, ataupun apa-apa bisa. Namun jika hal ini dianggap sukar kita dapat
memanfaatkan benda-benda atau lingkungan sekitar kita sebagi model dalam
membuat puisi.
b)
Menyimpulkan data
Data-data yang dimaksud adalah segala
sesuatu hal yang akan kita tuliskan dalam puisi. Jika kita akan menulis puisi
tentang benda-benda atau lingkungan sekitar kita maka data-data dapat diperoleh
dengan melihat, meraba, mengecap, mendengar, mambaui, ataupun merasakan benda-benda
atau lingkungan tersebut. Kita juga dapat menuliskan segi kegunaan benda atau
lingkungan itu beserta harapan kita untuk waktu selanjutnya
c)
Melukiskan, Menyempurnakan, dan Mengedit Tulisan
Pada tahap ini data-data yang telah
terkumpul kemudian dikembangkan dalam bentuk puisi. Kata-kata yang dituangkan
pada baris adalah kata-kata yang dipilih kemudian disusun dan disesuaikan. Hal
ini dilakukan agar puisi menjadi indah, sambil menyusun baris, bait juga
disusun. Bentuk bait disesuaikan dengan selera. Penyusunan bait biasanya
memperhatikan bunyi-bunyi bahasa pada setiap akhir baris. Jika dirasa ada
kata-kata atau baris yang kurang sesuai, dilakukanlah penyempurnaan dan
pengeditan terhadap tulisan.
f.
Model Synectic dalam Pembelajaran Menulis Puisi
di SD
Strategi belajar mengajar yang
menggunakan model synectic merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna
mengembangkan kreativitas, yang dirancang oleh William J.J. Gordon dan
kawan-kawannya.
Menurut William J.J Gordon (Hastuti,
1996: 155) terdapat 4 pandangan yang mendasari synectic, diantaranya adalah:
1.
Kreativitas seseorang merupakan kegiatan sehari-hari
bukan kegiatan yang luar biasa seperti seni, musik dan penemuan baru.
Kreativitas berlangsung pemecahan masalah, ekspresi-kreatif, empati, insight
dalam hubungan sosial.
2.
Proses kreativitas bukan suatu yang dibawa sejak lahir,
melainkan dapat dipelajari dan dimanfaatkan dalam kehidupan sekarang maupun
yang akan datang
3.
Kreativitas tercipta disegala bidang dan menunjukan
adanya hubungan yang erat dengan saint dan seni
4.
Peningkatan berpikir kreatif individu dan kelompok sama
melalui ide-ide dan produk di berbagai hal.
Menurut Sri Hasatuti (1996: 155)
pemprosesan spesifik dalam synectic dikembangkan dari anggapan dasar tentang
psikologi kreativitas, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Memunculkan proses kreatif menuju kesadaan dan
mengembangkan secara nyata kapasitas kreatif terhadap individu dan kelompok
2.
Kreativitas merupakan pola pengembangan mental yang
baru. Komponen emosional lebih penting disamping kemampuan intelektual. Banyak
pemecahan masalah yang bersifat rasional dan itelektual; jika dibantu dengan
yang irrasional dan emosional akan membangkitkan ide-ide segar.
3.
Elemen-elemen emosional dan irrasional harus dipahami
guna meningkatkan kesuksesan.
Strategi synectic mempergunakan
aktivitas metaporik yang terencana, memberikan struktur langsung dimana
individu bebas mengembangkan imajinasi dan pemahaman mereka ke dalam aktivitas
sehari-hari. Ada tiga tipe analogi yang dipergunakan sebagai dasar latihan
synectic yaitu: (1) analogi personal, (2) analogi langsung, dan (3) menekankan
pertentangan.
1)
Analogi personal menuntut siswa empati terhadap ide atau
objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian dari elemen fisik suatu problem.
Identifikasinya mungkin terhadap individu, perencanaan, bintang, atau
benda-benda mati. Misalnya siswa diintruksikan: “Jadilah sebuah bunga melati
apa yang kamu rasakan. Jabarkan bagaimana wangimu, bagaimana rupamu”.
2)
Analogi langsung adalah membedakan dua objek atau
konsep secara sederhana. Fungsinya adalah menyederhanakan pengubahan
kondisi-kondisi suatu kenyataan atau problema menjadi situasi yang lain untuk
memperoleh suatu pandangan baru tentang ide atau problema. Identifikasinya bisa
menyangkut orang, rencana, atau benda-benda mati.
3)
Memberi tekanan kepada pertentangan, umumnya berbentuk
dua buah kata yang bertentangan. Misalnya: lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya.
Contoh yang dikemukakan Gordon adalah: selamat-bahaya. Pertentangan-pertenangan
tersebut menurut Gordon memberikan pemahaman yang lusa terhadap suaut obyek
yang baru. Hal tersebut dapat merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan
dua kerangka berpikir itu terhadap suatu obyek. Besarnya jarak antara dua
kerangka berpikir itu dapat meningkatkan fleksibilitas mental.
Ada dua strategi atau model
mengajar yang mendasari prosedur synectic yaitu:
Strategi Pertama: Menciptakan
sesuatu yang baru.
Strategi
ini dirancang untuk mengenal keanehan, akan membantu para siswa memahami
masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya memperjelas
kreatif.
Strategi Kedua: Memperkenalkan
keanehan
Strategi
ini dirancang untuk membuta sesuatu yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan
lebih berarti, kita melaksanakannya dengan analogi yang telah dikenal siswa.
Meskipun kedua startegi ini
sama-sama mengikuti ketiga tipe analogi, tetapi obyek, tahapan, dan prinsip
reaksinya berbeda.
Strategi pertama membantu para
siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui sesuatu yang tidak dikenal dengan
mempergunakan analogi-analogi untuk menciptakan konsep jarak.
TAHAPAN
STRATEGI PERTAMA: Menciptakan sesuatu yang baru
|
|
TAHAP
PERTAMA:
MENDESKRIPSIKAN
KONDISI SAAT KINI
|
TAHAP
KE-DUA:
ANALOGI
LANGSUNG
|
Guru
menyuruh siswa untuk mendeskripsikan situasi suatu topik yang mereka lihat
saat kini
|
Siswa
mengemukakan analogi langsung salah satu diseleksi, dan selanjutnya
dikembangkan.
|
TAHAP
KE-TIGA:
ANALOGI
PERSONAL
|
TAHAP
KE-EMPAT:
KONFLIK
DITEKANKAN
|
Para
siswa “menjadi” analogi yang dipilihnya pada fase ke dua (analogi personal).
|
Berdasarkan
fase kedua dan ketiga, para siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih
salah satu.
|
TAHAP
KE-LIMA:
ANALOGI
LANGSUNG
|
TAHAP
KE-ENAM:
MENINJAU
TUGAS YANG SEBENARNYA
|
Para
siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan
konflik tadi
|
Guru
menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan
menggunakan analogi pemecahan yang terakhir sehingga masuk sebagai pengalaman
synectic
|
Strategi kedua, memperkenalkan
keanehan, memberikan pemahaman para siswa untuk menambah dan memperdalam
hal-hal baru atau materi yang sulit. Metapora dipergunakan untuk keperluan
penganalisaan, bukan untuk menciptakan konsep jarak seprti halnya pada siswa
strategi pertama.
TAHAPAN
STRATEGI KEDUA: Memperkenalkan keanehan (dalam produk
belajar yang baru)
|
|
TAHAP
PERTAMA:
INPUT
TENTANG KEADAAN SEBENARNYA
|
TAHAP
KE-DUA:
ANALOGI
LANGSUNG
|
Guru
menyajikan suatu topik baru
|
Guru
mengajukan analogi langsung dan siswa menjabarkan
|
TAHAP
KE-TIGA:
ANALOGI
PERSONAL
|
TAHAP
KE-EMPAT:
MEMBEDAKAN
ANALOG
|
Guru
menyuruh siswa “menjadi” analogi langsung.
|
Siswa
menjelaskan kesamaan, hubungan antar materi dengan analogi langsung.
|
TAHAP
KE-LIMA:
MENJELASKAN
PERBEDAAN
|
TAHAP
KE-ENAM:
EKSPLORASI
/ PENJELAJAHAN
|
Siswa
menjelaskan manakah analogi yang tidak sesuai
|
Para
siswa menjelajahi kembali kebenaran topik dengan kemampuan batas mereka.
|
TAHAP
KE-TUJUH
MEMBANGKITKAN
ANALOGI
|
|
Para
pembelajar membuat analogi langsung dan menjelajahi persamaan perbedaan
(berulang-ulang, sendiri)
|
2.
Hipotesis Tindakan
Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar adalah cara guru mengajar atau menyampaikan
materi pelajaran dan usaha guru untuk menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan dan bermakna sehingga merangsang siswa untuk berpikir kritis dan
aktif dalam pembelajarannya.
Oleh karena itu, berdasarkan
kerangka teoritis dan penelitian yang relevan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran
menulis puisi menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL),
maka belajar menulis puisi siswa akan meningkat”.
F.
Cara Penelitian
1.
Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek
Penelitian tindakan kelas akan
dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Situsirna, Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas V sekolah dasar
sebanyak 40 orang, terdiri dari 21 orang anak laki-laki dan 19 orang anak
perempuan dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
Sedangkan yang menjadi fokus dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah proses pembelajaran menulis puisi kelas V
sekolah dasar semester II, tahun ajaran 2008-2009.
2.
Langkah Penelitian
a. Rencana
Perencanaan yang pertama
dilakukan peneliti yaitu meminta ijin kepada Kepala SDN Situsirna dan guru-guru
untuk bersedia memberikan dukungan dalam melaksanakan penelitian tersebut.
Kemudian peneliti menganalisa kurikulum KTSP untuk mempelajari kompetensi dasar
dari mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis di kelas V, kemudian
peneliti menetapkan materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Setelah menentukan materi, dilanjutkan dengan membuat skenario
pembelajaran, membuat lembar observasi, membuat dan menyiapkan alat bantu
pembelajaran serta merancang evaluasi.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan
terdiri dari proses / kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang
dilakukan pada setiap siklus, melaksanakan skenario pembelajaran untuk
meningkatkan aktivitas belajar, rencana tindakan disusun berdasarkan analisis
sebelumnya.
c.
Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Situsirna,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Kegiatan observasi dilakukan untuk
mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan kondisi kelas V SDN Ibun.
Penelitian difokuskan pada pembelajaran di kelas V. Data yang dikumpulkan
dengan menggunakan media berupa format pengamatan.
d.
Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan pengkajian terhadap
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan maupun yang telah dilaksanakan
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan pada tindakan
selanjutnya.
3. Rancangan
Tindakan
Prosedur penelitian tindakan
kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Seperti apa
yang telah didesain dalam faktor yang telah diselidiki.
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto, dkk. 1997 : 16) tahap penelitian
tindakan kelas terdiri atas (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
tindakan (action), (3) obsevasi (observation), dan (4) refleksi (reflection)
dalam setiap siklus, dengan berpatokan pada refleksi awal.
4.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar wawancara,
catatan lapangan, lembar kerja siswa (LKS) dan soal evaluasi secara individu.
5.
Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Tujuan


|


N = banyaknya sampel
G.
Jadwal Kegiatan Penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Pelaksanaan Bulan ke
|
Ket
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
A.
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
1.
|
Penyusunan proposal
|
x
|
|
|
|
|
2.
|
Seminar Usulan
Penelitan
|
x
|
|
|
|
|
3.
|
Pengurusan izin
|
x
|
|
|
|
|
4.
|
Diskusi / wawancara
/ identifikasi masalah
|
x
|
|
|
|
|
5.
|
Menyusun dan
menetapkan teknik pemantauan
|
x
|
|
|
|
|
B.
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
1.
|
Siklus I
|
|
x
|
|
|
|
|
a. Tindakan 1
|
|
x
|
|
|
|
|
b. Tindakan 2
|
|
x
|
|
|
|
2.
|
Siklus II
|
|
x
|
|
|
|
|
a. Tindakan 1
|
|
x
|
|
|
|
|
b. Tindakan 2
|
|
x
|
|
|
|
3.
|
Siklus III
|
|
|
x
|
|
|
|
a. Tindakan 1
|
|
|
x
|
|
|
|
b. Tindakan 2
|
|
|
x
|
|
|
C.
|
Pelaporan
|
|
|
|
|
|
1.
|
Menyusun / diskusi
konsep laporan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
2.
|
Menyusun / diskusi
konsep laporan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
3.
|
Penggandaan laporan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
4.
|
Penyerahan lapoaran
|
|
|
|
x
|
|
H. DAFTAR PUSTAKA
Aqib,Z.
(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widia.
BSNP.
(2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dahlan,
M,D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV.Diponegoro
Depdikbud.
(1996). Didaktik/ Metodik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hastuti, S.
(1997). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Resmini, N., dkk. (2006). Membaca dan menulis di
SD Teori dan Pengajarannya. Bandung. UPI Press.
Resmini, N., dkk. (2006). Pembinaan dan
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesai. Bandung: UPI Press.
Sagala,
S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Mantap BetuLLLLL......
BalasHapusDua Jempol buat Pak Ramdan...
Mantuuuuuullll...
BalasHapus